UI UX adalah kepanjangan dari User Interface (UI) dan User Experience (UX) yang sangat penting dalam pengembangan produk-produk digital seperti aplikasi dan website.
UI UX sendiri sebenarnya merupakan dua hal yang berbeda, namun keberadaan keduanya tidak dapat dipisahkan.
Jika satu aspek saja ditinggalkan, produk yang dikembangakan tidak akan memperoleh hasil yang maksimal.
Jika penasaran tentang apa itu UI UX, perbedaan antara UI dan UX, serta masing-masing fungsinya, Sahabat Aksara berada pada artikel yang tepat.
Yuk, langsung saja simak penjelasan lengkapnya!
Apa Itu UI UX?
Mari kita mulai dengan penjelasan tentang UX terlebih dahulu.
UX (User Experience) adalah proses mendesain untuk mengembangkan kualitas produk berdasarkan human-first approach.
Yang perlu diingat adalah, UX bukan tentang desain visual; namun terkait kemudahan, relevansi, dan efisiensi pemakaian suatu produk oleh user (pengguna produk).
Desainer akan memikirkan keinginan dan kebutuhan user saat menggunakan produk yang diciptakan.
Oh iya, penilaian pengalaman user mencakup seluruh aspek interaksi.
Mulai dari aspek interaksi dengan perusahaan, layanan, struktur desain, hingga navigasi penggunaan produk.
Jadi, UX bukan sekedar berpatokan pada ulasan dan penilaian dari user.
Namun lebih kepada memprhatikan pengalaman personal masing-masing usernya.
Istilah “user experience” sendiri pertama kali dikemukakan oleh Don Norman pada tahun 1990.
Beliau adalah seorang Cognitive Scientist & User Experience Architect sekaligus co-founder dari Nielsen Norman Group Design Consultancy.
Dalam kamus Norman, UX tidak terbatas pada produk berbasis digital saja.
UX mencakup produk jenis apapun yang bersinggungan langsung dengan user, seperti lampu jalan, mobil, mesin cuci, sofa, mesin kopi, dan lain sebagainya.
Namun, kekinian, desain UX lebih dikenal untuk mendefinisikan proses desain produk industri digital seperti aplikasi, website, smarthphone, dan lain sebagainya.
Kini, mari berpindah ke pembahasan mengenai UI.
UI (User Interface) adalah proses optimasi desain visual suatu produk digital berdasarkan human-first approach.
Fokusnya tertuju pada keindahan tampilan dan interaktivitas suatu produk digital di mata user.
Agar saat user berinteraksi dengan produk, seluruh prosesnya terasa mudah dan menyenangkan.
Berbeda dengan UX yang dapat diterapkan pada berbagai macam produk, UI murni hanya diterapkan dalam produk-produk digital.
Jadi, produk-produk digital tersebut memiliki tampilan yang konsisten, koheren, dan secara estetika menyenangkan mata.
Komponen yang diperhatikan oleh desainer UI meliputi ikon, tombol, tipografi, skema warna, gambar, animasi, perbandingan ukuran objek, dan visual interaktif lainnya.
Contoh pengapliksian UI desain adalah pada tampilan smartphone, mulai dari lock screen hingga tampilan seluruh sistem yang ada di dalamnya.
Smartphone dengan UI yang baik akan sangat menyenangkan dipakai karena nyaman di mata.
Letak tiap-tiap menunya pun terlihat jelas dan mudah untuk diakses.
Misalkan Sahabat Aksara sekalian sedang mencari fitur kamera.
Dengan tata letak yang baik, juga desain ikon kamera yang jelas, pasti Anda dapat dengan mudah menemukan fitur kamera.
Sehingga, Anda tidak ketinggalan momen untuk mengabadikan berbagai peristiwa menakjubkan.
Oh iya, sebagai catatan, karena pada artikel ini yang sedang dibahas adalah UI UX, maka setiap kata produk yang ada pada pembahasan selanjutnya mengacu pada produk digital.
Fungsi UI UX dalam Pengembangan Produk
UI UX bersifat saling melengkapi satu sama lain.
Sebuah website maupun aplikasi dengan UI yang menarik tapi sulit untuk dioperasikan jelas akan membuat user merasa kesal.
Sedangkan UX yang baik tanpa tampilan yang nyaman dan indah di mata tentu membuat user bosan bahkan mengalami computer vision syndrom.
Untuk penjelasan lebih lanjut terkait fungsi UI UX, simak penjelasan berikut ini:
1. Menghasilkan Produk yang Disukai dan Dibutuhkan
UI UX berfungsi untuk membuahkan produk sesuai dengan selera visual user secara umum dan dilengkapi dengan fitur-fitur yang dibutuhkan.
Produk yang tampilannya sesuai dengan selera dan kebutuhan user tentunya akan lebih diminati.
Contohnya sebuah website dengan UI minimalis yang menyediakan fitur dark mode.
Aplikasi maupun website yang menyediakan fitur dark mode dewasa ini lebih disukai oleh user karena dianggap baik untuk kesehatan baterai dan penglihatan pengguna.
Tampilan dark mode juga dapat menjadi solusi untuk penderita fotofobia.
Design ala dark mode ini banyak digunakan oleh produk digital terkemuka seperti Iphone, WhatsApp, Instagram, dan lain sebagainya.
Contoh selanjutnya adalah sebuah website dengan UX micro interaction yang banyak disukai oleh user.
Micro interaction merupakan unsur detail yang memiliki satu fungsi spesifik dan melibatkan user.
Misalkan pada saat Anda sebagai user mengklik tombol “daftar”, maka produk akan memberi tanggapan dengan memunculkan ulat lucu yang bergerak melingkar sebagai tanda data sedang diproses.
Pengalaman user menunggu proses loading yang memakan waktu sekian detik pun terasa lebih menghibur.
Baca juga: Mengenal CSS – Bahasa Pemrograman untuk Mempercantik Website
2. Meningkatkan Penjualan Produk
Produk dengan tampilan yang menarik dan user friendly, akan memberikan kesan pertama yang kuat pada user.
Kesan pertama yang baik tentu akan membuat user merasa puas dan bertahan menggunakan produk tersebut, bahkan merekomendasikannya pada orang lain.
Menurut data dari Statista, tercatat sebanyak 62% user meng-uninstall produk aplikasi yang berpenampilan tidak menarik dan sering mengalami gangguan.
Sungguh sebuah kerugian besar bagi suatu perusahaan yang sudah mengerahkan waktu dan biayanya saat pembuatan produk.
Perbedaan UI UX
Setelah mengenali UI UX secara singkat, mari kita lihat dengan lebih seksama perbedaan utama antara UI dan UX pada produk digital.
1. Tujuan Desain
Tujuan desain antara UI dan UX memiliki perbedaan yang signifikan.
UI bertujuan untuk memperindah tampilan produk-produk digital.
Sedangkan UX bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pengguna produk berdasarkan kemudahan pemakaian.
Kedua aspek tersebut sebisa mungkin dimaksimalkan untuk mendapatkan kesan pertama yang positif dari pengguna.
2. Tanggung Jawab pada Proses Desain
Karena memiliki tujuan yang berbeda, alur kerja yang dimiliki oleh desainer UI dan UX pun berbeda.
Umumnya, dalam pembuatan suatu produk, disainer UX akan bekerja terlebih dahulu.
Desainer UX akan bertanggung jawab pada pembuatan:
- information architecture,
- wireframe,
- UX flow,
- dan prototype.
Sedangkan desainer UI akan bertanggung jawab pada pembuatan:
- design system,
- mockup produk,
- dan prototype.
Pertama, Desainer UX akan bekerjasama dengan para researcher terlebih dahulu untuk mengetahui selera dan kebutuhan target market.
Setelah proses research selesai, baru desainer UX merancang information architecture produk sebelum masuk ke tahap pengaturan UK flow.
UX flow adalah tahap dimana UX desainer menjelaskan alur dan cara user menggunakan produk.
UX flow ini kemudian didokumentasikan agar pihak product developer mudah dalam proses pengembangan produk.
Kemudian, UX desainer akan berpindah kepada tahap perancangan wireframe.
Setelah wireframe selesai dan disetujui, designer UI akan membuat design system.
Dalam tahap ini pihak UI banyak berkolaborasi dengan developer, untuk memastikan apakah desain yang dibuat memungkinkan untuk dieksekusi kelak.
Setelah itu, UI designer akan membuat mockup produk menggunakan aplikasi desain yang mereka kuasai.
Tentunya pembuatan mockup juga berdasarkan hasil research terkait tren visual terkini, namun tidak melenceng dari konsep dan identitas perusahaan yang diusung.
Nah, selanjutnya adalah kerjasama antara desainer UI dan UX untuk pembuatan prototype.
Langkah ini digunakan untuk memastikan produk dapat digunakan secara nyaman oleh user dan tampilannya memenuhi standar estetika yang telah ditentukan melalui research.
Biasanya pada langkah pembuatan prototype ini ada banyak masukan dan ide-ide baru yang muncul yang pihak yang terkait dengan project dan dari sampel user.
Jika prototype sudah disempurnakan dan mendapatkan persetujuan, barulah masuk ke tahap eksekusi produk yang akan ditangani oleh pihak developer.
3. Komponen Desain
Komponen yang membangun desain UI berfokus pada ikon, tombol, warna, gambar, animasi, tipografi, dan skema warna yang berpengaruh pada visual produk.
Sedangkan komponen desain UX meliputi hampir seluruh komponen produk yaitu fitur, struktur desain, navigasi, copywriting, hingga branding.
4. Tools untuk Mendesain
Karena membuat dua hal yang berbeda, desainer UI dan UX jelas menggunakan tools yang berbeda.
Desainer UI akan lebih memanfaatkan aplikasi desain seperti Adobe Illustrator, Flinto, Principle, Frames X, dan lain sebagainya.
Penggunaan aplikasi di atas didukung oleh penggunaan aplikasi tambahan seperti unique interaction icon, easy transitions, UI assets and kits, dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk desainer UX, ada beberapa aplikasi yang digunakan untuk membuat prototype, yaitu Sketch, InVision, Figma, Adobe XD, Axure, dan lain sebagainya.
5. Skill
Desainer UI tentu harus memiliki skill yang mumpuni untuk mengoperasikan paling tidak satu aplikasi desain grafis.
Selain itu, seorang yang berurusan dengan visual dan estetika suatu produk tentu harus memiliki selera yang bagus, kreatif, dan selalu up-to-date pada tren terbaru.
Sehingga, produk yang dihasilkan atau dikembangkan selalu tampak menarik, interaktif, dan sesuai dengan jamannya.
Sedangkan untuk UX desainer, skill yang harus dikuasai adalah kemampuan riset yang baik juga kemampuan berlogika yang tinggi.
Kemampuan riset tentu akan membawa produk pada desain teknologi terkini.
Dan kemampuan berlogika yang tinggi akan mempermudah UX desainer dalam menganalisis dan memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam proses pengembangan produk.
Baca juga: Mengenal Bahasa Markup HTML dalam Pembuatan Website
Penutup
Nah, sekarang sudah jelaskan bahwa UI UX adalah dua hal yang berbeda namun bersifat saling melengkapi.
Jika keduanya dimaksimalkan, suatu produk digital dapat memberikan tingkat kepuasan yang tinggi kepada user.
Kenapa?
Karena produk digital tersebut jadi mudah digunakan untuk memenuhi kebutuhan user dan memiliki tampilan yang bernilai estetika tinggi.
Nah, setelah website Anda menerapkan desain UI UX secara maksimal, alangkah baiknya jika menggunakan domain premium.
Supaya brand Anda menjadi lebih kuat dan website Anda terlihat lebih profesional.