Layar penuh dengan kode pemrograman yang rumit di dalam sebuah ruangan gelap yang diproduksi oleh seseorang dengan muka serius dan nampak dingin.
Juga tangan yang tampak menari-nari cepat di atas keyboard untuk memproduksi kode-kode baru untuk membobol suatu sistem.
Begitulah gambaran hacker yang kerap kali disajikan dalam berbagai film.
Maka tidak heran, apabila mendengar kata “hacker” banyak orang yang akan langsung mengasosiasikannya dengan orang jahat di balik terjadinya cybercrime.
Namun apakah benar semua hacker selalu berkaitan dengan tindakan ilegal yang mengancam keamanan dunia siber?
Yuk, temukan jawabannya pada bacaan di bawah ini!
Apa Itu Hacker?
Hacker adalah seseorang yang memiliki skill pemrograman komputer dan skill teknikal lain dengan sangat baik, untuk mengidentifikasi dan mengeksploitasi kerentanan pada suatu sistem atau jaringan komputer.
Tujuannya adalah untuk membobol masuk ke dalam sistem tersebut atau dengan kata lain melakukan peretasan.
Secara umum, hacker memang lebih banyak diasosiasikan dengan tindakan cybercrime.
Walau begitu, tidak semua tindakan peretasan yang dilakukan oleh hacker bertujuan buruk.
Dewasa ini banyak white hacker yang tergabung dalam suatu cyber security team untuk membantu menemukan kekurangan suatu produk digital.
Jenis-Jenis Hacker
Sekarang mari kita kenali jenis-jenis hacker berdasarkan tujuan yang ingin dicapai:
1. White Hat Hacker
White hat hacker adalah peretas berlisensi yang membantu suatu perusahaan untuk menemukan celah dan kekurangan dalam sistem produk digital.
Mereka ini juga dikenal sebagai ethical hacker, yang biasanya bekerja untuk suatu perusahaan, organisasi, maupun lembaga pemerintahan.
Para White Hat Hacker ini bertugas untuk menguji, mengidentifikasi, dan mengeksploitasi kerentanan suatu sistem agar dapat segera diperbaiki sebelum mendapatkan serangan dari Black Hat Hacker.
Setelah evaluasi dilakukan, white hat hacker akan memberikan kritik, saran, dan solusi kepada perusahaan untuk mengembangkan cyber security yang lebih baik.
Begitu pula masukan tentang tools yang mampu untuk mendeteksi serangan siber sedini mungkin.
2. Black Hat Hacker
Black Hat Hacker atau dikenal juga dengan istilah peretas bertopi hitam.
Para Black Hat Hacker beraksi dengan tujuan merusak sistem yang dapat menimbulkan berbagai kerugian bagi targetnya.
Kerusakan pada sistem dapat berujung kerugian besar bagi suatu perusahaan, kebocoran data pribadi, dan masuknya berbagai ransomware ke dalam sistem.
Peretasan juga dapat berakhir pada pemerasan.
Korban harus membayarkan sejumlah uang terlebih dahulu agar sistem dapat kembali bekerja atau agar suatu data yang bersifat rahasia tidak bocor ke publik.
Contoh serangan yang dilakukan oleh Black Hat Hacker adalah email phishing, man in the middle attack, brute force, DDoS attack, dan lain-lain.
3. Grey Hat Hacker
Grey Hat Hacker umumnya melakukan tindakan peretasan secara ilegal seperti yang dilakukan oleh Black Hat Hacker.
Perbedaannya terletak pada tujuan peretasan.
Grey Hat Hacker melakukan peretasan untuk memberitahu pihak administrator situs atau aplikasi bahwa sistem mereka rentan terhadap serangan siber dan harus segera diperbaiki.
Selain itu, Grey Hacker juga menawarkan jasa berbayar untuk mengatasi bug dan kerentanan sistem yang mereka temukan.
4. Red Hat Hacker
Red Hat Hacker melakukan peretasan untuk menghentikan serangan yang diluncurkan oleh Black Hat Hacker.
Serangan yang diluncurkan oleh Red Hat Hacker terkenal cukup agresif dan dengan skala yang besar.
Sehingga mampu melumpuhkan server atau sistem yang dimiliki oleh Black Hat Hacker.
5. Green Hat Hacker
Green Hat Hacker adalah golongan peretas yang baru saja terjun dalam dunia hacking.
Meski begitu mereka dikenal memiliki kemauan kuat untuk belajar dan meningkatkan skill dengan tujuan mendapatkan pengakuan dari komunitas hacker.
Green Hat Hacker akan melakukan berbagai trial and error dengan sejumlah teknik serangan.
Tidak jarang beberapa percobaan mereka menimbulkan kerugian karena tidak sengaja menimbulkan kerusakan pada sistem dan belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk melakukan perbaikan secara mandiri.
6. Blue Hat Hacker
Blue Hat Hacker juga merupakan golongan peretas tipe pemula.
Namun hacker golongan ini melakukan serang bukan untuk belajar, namun bertujuan untuk membalas dendam kepada musuh.
Yang biasa dilakukan oleh Blue Hat Hacker adalah menyerang menggunakan malware sehingga sistem musuh lumpuh.
Selain itu, mereka juga melakukan peretasan untuk mendapatkan akses ilegal ke dalam email dan profil media sosial musuh.
Jika peretasan berhasil, Blue Hat Hacker akan mengirimkan email palsu ke atau memposting konten yang tidak pantas di sosial media musuh.
Tujuannya untuk merusak reputasi musuh di mata khalayak umum.
7. Script Kiddie
Sesuai dengan namanya, Script Kiddies merupakan peretas golongan amatir yang melakukan peretasan menggunakan skrip kode yang tersedia di internet.
Dan tujuan peretasan mereka bukan untuk melakukan pemerasan maupun balas dendam, Script Kiddies melakukan peretasan untuk bersenang-senang.
Baca juga: Virus Komputer: Sejarah Awal Penemuan dan Revolusinya
Contoh Serangan Hacker
Apa saja sih serangan hacker yang pernah terjadi dan membuat heboh jagat digital?
Yuk, intip beberapa contohnya!
1. Website DPR RI (2020)
Rupanya website DPR RI pernah menjadi korban hacktivism lho, Sahabat Aksara!
Hacktivism sendiri merupakan aktvitas peretasan yang dilakukan untuk menyuarakan sesuatu.
Serangan pertama yang diluncurkan oleh hacker adalah DDoS attack yang membuat trafik terlalu besar.
Akibatnya pengguna internet tidak dapat mengakses situs dpr.do.id.
Namun serangan DDoS ini ternyata hanya permulaan saja.
Oknum Hacker kemudian melakukan deface pada website.
Deface adalah serangan untuk mengubah tampilan suatu halaman website.
Sehingga ketika situs diakses oleh pengguna internet, mereka akan melihat konten yang tidak semestinya terpampang di sana.
Insiden ini tentu saja sangat menghebohkan.
Warga pun berduyun-duyun melakukan cuitan diberbagai platform media sosial untuk mengomentari dan menyuarakan opini tentang kejadian ini.
2. Tokopedia (2020)
Pada tahun 20 Maret 2020 silam, Tokopedia dibobol oleh hacker bernama ShinyHunters.
Masih belum diketahui teknik apa yang digunakan, namun ia berhasil membobol sebanyak 91 juta data pengguna dan lebih dari 7 juta data merchant.
Data tersebut termasuk email, nama, alamat, tanggal lahir, jenis kelamin, nomor telepon, ID messenger, hobi, pendidikan, waktu pembuatan akun, dan hash password.
Data pribadi tersebut bocor ke publik dan dijual ke Empire Marker, sebuah pasar gelap di Dark Web, dengan kisaran harga 75 juta rupiah.
Tidak berhenti disitu, hacker juga memberi akses gratis pada jutaan peretas lain untuk mendapatkan data ilegal ini.
Tujuannya untuk membuat semacam sayembara siapa yang bisa memecahkan hash password yang masih dalam bentuk kode enkripsi.
Insiden ini tentunya membahayakan pengguna Tokopedia karena data pribadi mereka bisa dimanfaatkan pihak tidak bertanggung jawab untuk melakukan scamming dan phising.
Pihak Tokopedia pun segera melakukan investigasi internal untuk menangani hal ini.
Black Hat Hacker Cukup Meresahkan ya?
Setelah menelaah bacaan di atas, dapat Sahabat Aksara ketahui bahwa hacker adalah seorang yang memiliki kemampuan yang sangat baik dalam skill pemrograman komputer.
Dan keberadaan Black Hat Hacker cukup meresahkan banyak pihak yang berkecimpung di dunia digital.
Jika Sahabat Aksara merupakan salah satu diantara sekian banyak orang yang menjalankan bisnis melalui berbagai platform digital, sering-seringlah melakukan maintenance.
Maintenance dapat Anda lakukan dengan cara menginstal security plugin, memasang SSL, mengupdate mengupdate password, dan lain sebagainya.
Nah jika Sahabat Aksara baru akan membuat website, Anda dapat mencegah serangan hacker dengan cara memasang SSL, menginstal security plugin, memasang password yang kuat, dan lain sebagainya.
Dan jangan lupa untuk memakai domain bagus untuk mendongkrak peringkat website Anda di halaman hasil pencarian Google.